Bandung/Indramayu. TETEN
Masduki, Kamis, 3/1/2012 di Kampus Al Maksum Bnadung, sekitar pk. 11san
WIB memberikan pidato politik di hadapan puluhan-ratusan massa dari
berbagai komponen dan elemen massa. Massa yang hadir dalam pidato
politik Teten Masduki adalah para relawan mandiri Teten Masduki, di mana
Teten Masduki bersama Rieke Diah Pitaloka (Oneng) menjadi calon
pemimpin masyarakat Jawa Barat (Jabar) dalam Pilgub Jabar 24/2/2013
nanti.
Oneng
yang berasal dari komunitas selebritis sebagai calon Gubernur Jabar
menggandeng Teten Masduki yang berasal dari komunitas penggiat anti
korupsi, di mana Teten Masduki berkibar dan bertengger di bawah bendera
ICW (Indonesia Corruption Watch) yang kemdian Teten Masduki pun
bertengger di bawah bendera Transparancy International Chapter Indonesia
sebagai Sekjen (Sekretaris Jendral) disampin kini sebagai anggota
Ombudsman Indonesia.
Nama
besar Teten Masduki bersama ICWnya adalah ketika membongkar kasus suap
yang melibatkan Jaksa Agung Andi M Ghalib (masa pemerintahan BJ.
Habibie) yang memaksa pejabat tinggi Negara itu terpaksa turun dari
jabatannya, yang waktu itu masih menjadi amat langka terjadi di negeri
ini, sekalipun rezim Orba (Orde Baru) Soeharto telah jatuh, namun BJ.
Habibie merupakan bagian dari sejarah yang tak terpisahkan dari sebuah
rezim penguasa yang paling lama mencengkram demokrasi di republik negeri
ini yang sarat dengan korupsi.
Dalam
pidato politinya, Teten Masuki mengatakan, kemenangan Jokowi (Joko
Widodo) di Jakarta bukan merupakan gerakan partai politik, tetapi
merupakan gerakan Relawan. Relawan yang menghendaki perubahan inilah
yang kemudian melakukan gerakan untuk mewujudkannya.
Gerakan
relawan menjadi tonggak penting demokrasi ke depan yang mampu
menumbangkan uang (money politics – red). Karena, ketika demokrasi
dikuasai oleh uang, maka mereka akan menjadi pembajak demokrasi, yang
pada akhirnya bukan untuk rakyat. Oleh karenanya, tonggak demokrasi dan
penyelamat Negara itu adalah para relawan.
Di
sisi lain dalam pidato politiknya, Tetan Masduki menjelaskan, bahwa
yang dimaksud dengan relawan adalah benar-benar ralawan dalam pengertian
ia bergerak bukan karena uang atau tanpa uang, tetapi karena adanya
kesadaran untuk melakukan perubahan.
Jabar dalam 2013 nanti (Pilgub – red) merupakan atau menjadi pertarungan kekuatan politik
besar, di mana Jabar sebagai barometer. Tahun 2014 merupakan pondasi
pergantian politik untuk tahun 2019 nanti, di mana tahun 2019 nanti
adalah merupakan icon pergantian generasi politik pasca Orba, maka harus
dimenangkan dulu oleh kelompok yang bersih. Jabar kini sudah multi etnis dan multi kultural.
Oleh
karenanya, gerakan relawan pasca Jokowi adalah merupakan gerakan
demokrasi. Bila semua ini bisa berjalan, maka 2014 atau ke depan akan
diisi oleh orang-orang yang bersih, bukan oleh orang-orang yang beruang.
Teten
Masuduki kemudian mengingatkan kepada para relawan yang hadir dalam
pidato politiknya dengan menyatakan, bahwa relawan harus melakukan
pendidikan politik kepada masyarakat, bukan melakukan gerakan lomba
memasang baliho. Relawan mandiri adalah relawan yang bergerak bukan
karena uang tapi karena kesadaran untuk melakukan perubahan. Relawan
mandiri (Paten) dalam Pilgub Jabar ini tidak mempunyai hubungan hirakis
dengan Partai Poltik (PDI-Perjuangan – Red), sekalipun Rieke Diah
Pitaloka diusung atau dicalonkan dari partai politik. Relawan Paten
adalah relawan yang otonom dan mandiri.
Nanang
Maksum sebagai bagian dari keluarga besar Kampus Al Maksum Bandung
mengatakan, bahwa kesediaan Kampusnya sebagai tempat penyelenggaraan
lounching Relawan Mandiri Paten merupakan bentuk penghargaan terhadap
Teten Masduki, karena saya, baik secara pribadi, saya mengenal betul dan
telah lama bergaul dengan Teten Masduki sebelum di ICW sampai sekarang
ini, di mana Teten Masduksi sebagai orang yang terus bergerak untuk
perubahan, terutama dalam persoalan korupsi.
Dengan
intregritas yang kuat dimiliki Teten Masduki, maka kami menawarkan diri
kampusnya dipakai untuk kepentingan Teten Masduki dalam Pilgub Jabar,
seperti sekarang ini sebagai tempat lounching Relawan Mandiri Paten dan
Pidato Politik Teten Masduki.
“Sebelumnya
saya telah dikecewakan oleh partai politik. Dulu kami melakukan
dukungan terhadap PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), eh ternyata siapa
yang berani membayar, bukan berani karena benar.
Kami
Keluarga besar Al Maksum secara ekonomi telah mapan (Kaya – red), tidak
kekurangan apapun, maka kami tidak punya pamrih apapun terhadap Paten
bila menjadi Gubernur Jabar nanti, tetapi kepentingan kami adalah
kepentingan rakyat Jawa Barat”, ujarnya.
TB
Hasanudin sebagai Ketua DPD PDI-P Prop Jabar setelah dicopotnya Rudi
Harsa, di mana TB Hasanudin adalah seorang Letjen (Letnan Jendral atau
Bintang Tiga) yang mundur (memilih menjadi Purnawirawan) dari karier
kedinasan militer kemudian terjun dikarier politik melalui PDI-P
mengatakan, PDI-P sangat sulit untuk memilih calon Gubernur, karena
PDI-P ingin menampilkan tokoh yang bersih. Dengan pertimbangan yang
lama, kemudian dengan berbagai masukan, ada banyak orang yang masuk ke
PDI-P dari luar kalangan atau kader partai.
Dengan
berbagai pertimbangan dan referensi, kemudian jatulah pilihan pada
Teten Masduki yang masuk dalam klasifikasi tokoh bersih yang reputasinya
telah dikenal publik.
Waktu
itu PDI-P belum juga menemukan atau memilih siapa orang partai yang mau
dimunculkan sebagai orang yang dianggap bersih. Nama Rieke Diah
Pitaloka belum muncul waktu itu, tetapi setelah PDI-P menetapkan pilihan
ke Teten Masduki barulah muncul nama Rieke Diah Pitaloka.
Diakuinya,
bahwa tidak semua orang yang ada di partai adalah kotor tetapi diakui
pula banyak orang yang tidak bresih di partai (PDI-P – red). Oleh
karenanya ini menjadi pertimbangan yang sulit. Akhirnya PDI-P
menjatuhkan pilihan kepada Rieke Diah Pitaloka sebagai orang partai yang
layak dimunculkan untuk berpasangan dengan TetenMasduki, dengan alasan
Rieke Diah Pitaloka adalah figur yang masih bersih.
“Ketika saya tanyakan, apakah
Teten Masduki punya uang banyak? Teten mengatakan tidak punya uang, dan
ternyata dalam rekeningnya hanya memiliki uang Rp 200 Juta. Begitu juga
Rieke Diah Pitaloka, bukanlah orang beruang. Katanya, bukan Teten tidak
bisa mencari dana untuk kepentingan Pilgub, tetapi Rieke Diah Pitaloka
dengan Teten Masduki telah mempunyai komitemen tidak menggunakan money
politics, dan Teten Masduki secara tegas menolah politik uang dalam
Pilgub ini.
Kemenangan
Jokowi menjadi Gubernur di DKI Jaya – Jakarta diakui pula bukanlah
karena mesin partai tetapi kemenangan yang didasarkan oleh para
relawan”, tegasnya.
Direktur Pausat Kajian Strategis Pembangunan Daerah (PKSPD) O’ushj.dialambaqa mengatakan,
dengan penegasan Tubagus Hasanuddin sebagai representasi politik partai
yang ada di negeri ini, maka tidak bisa terbantahkan lagi, bahwa memang
di negeri ini amat langka sosok orang yang bersih.
Realitas
tersebut amat mengenaskan dan memilukan kita, dan kita bisa jadi dalam
ambang bahaya, yaitu sebuah ancaman kepemimpinan bangsa, sehingga bangsa
di masa depan kini dihantui kehancuran demokrasi dan politik yang
bermoralitas.
Realitas
tersebut juga memperjelas bahwa para partai politik telah gagal untuk
mendidik kader-kadernya menjadi orang yang bersih atau gagal menjadikan
kader-kadernya sebagai pemimpin yang bersih. Ini terbukti juga sebagai
fakta perpolitikan di negeri ini, di mana data statistik melayarkan
semakin banyaknya para politisi atau anggota Legislatif yang terjerat
dan atau terlibat korupsi, baik di Pusat maupun di Daerah. Sungguh
memilukan bangsa negeri ini.
Pidato
politik Teten Masduki, hendaknya menjadi perhatian serius kita, karena
betapa akan menjadi petaka, jika dari Pemilu ke Pemilu, baik Pilpres
(Pemilihan Presiden), Pilgub (Pemilihan Gubernur), Pilkada (Pemilihan
Kepala Daerah/Bupati/Walikota) maupun Pileg (Pemilihan Legislatih)
selalu dimenangkan oleh kekuatan money politics, karena di tingkat Desa
yang telah akut menjadi tradisi atau budaya dalam setiap Pilwu
(Pemilihan Kuwu) selalu dimenangkan oleh kekuatan politik uang,
sekalipun calonnya tunggal.
Gerakan
Relawan Mandiri sebagai bentuk metamorfosa sebagai model gerakan baru
yang akan bisa menyelamatkan (sejarah) demokrasi di negeri ini, akankah
bisa dibuktikan di negeri ini untuk melawan gerakan kekuatan money
politics yang telah membudaya bertahun-tahun di tengah ambruknya
moralitas dan mentalitas masyarakat, rakyat dan bangsa di negeri ini
akan bisa dibuktikan dalam Pilgub Jabar 2013 nanti, ataukah kita masih
akan dikepung oleh kekuatan money politics, sehingga kita akan terus
berada dalam sistem demokrasi terpimpin di negeri ini, di bawah titah
para penguasa yang me-Raja-kan uang.
Apakah
kemudian jika Pilpres, Pilgub, Pilkada dan Pileg dimenangkan oleh
gerakan Relawan Mandiri, di mana para pemimpinnya sudah berada dalam
singgasana kekuasaan akan bisa bertahan untuk tidak melakukan korupsi
(akan tetap bersih), dan tidak akan menjadi pembajak demokrasi? Kita lihat saja nanti, karena sejarah dan waktu yang akan bicara.**Tim KJ1001***.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar